Terimakasih, SantriNews!
Saya ucapkan terimakasih, SantriNews Biro Madura telah memberi ruang berkreasi. Saya juga mohon maaf, gegara tulisan saya, pembacamu merasa kecewa.
Atas komentar yang ditujukan pada tulisan saya, Menulis Itu Butuh Hati, saya ingin menyampaikan beberapa hal.
Pertama, saya bukan penulis handal. Menulis bukan hobi, apalagi pekerjaan utama saya. Saya menulis sekadarnya saja. Berbeda dengan jurnalis, menulis pekerjaan utamanya. Tulisan adalah menu utama yang tiap hari, jam, bahkan menit ia hidangkan kepada pembaca.
Kedua, tulisan Menulis Itu Butuh Hati dan “SantriNews, Tolong Sampaikan pada Nia Kurnia Fauzi” adalah dua tulisan yang sama sekali berbeda substansinya.
Tulisan saya ingin menjelaskan duduk persoalan fakta yang dijadikan sumber berita secara sembrono. Tulisan “SantriNews, Tolong Sampaikan pada Nia Kurnia Fauzi” adalah komentar atas tulisan saya. Komentar yang mempertanyakan kemampuan menulis saya. Komentar yang meragukan kemampuan menulis saya. Itu sah-sah saja.
Jika ingin membaca tulisan saya yang lain, bisa dilihat di koran Radar Madura, misalnya, edisi 23 November 2019. Maaf, saya tidak punya banyak tulisan.
Ketiga, persoalan “berguru” atau “belajar” menulis, kebetulan saya belum bisa jadi seorang guru atau pembelajar. Alangkah baiknya, jika ada yang mau belajar menulis, belajarlah pada wartawan atau redaktur yang pekerjaan utamanya menulis.
Saya mendorong SantriNews.com untuk membuka ruang diskusi perihal kaidah penulisan berita, feature, opini dan jenis tulisan yang lain serta kode etik jurnalistik. Begitu juga tanda baca yang benar dan tepat.
Dengan demikian, jurnalistik benar-benar menjadi pilar demokrasi, bukan “jurnalistrik” yang bisa menyengat ke mana-mana.
Salam hormat buat para jurnalis yang berintegritas! (*)
Nia Kurnia Fauzi, Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumenep 2019-2024.