Ibnu Qayyim: Antara Salafi dan Non Salafi

Kitab-kitab karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (santrinews.com/net)

Ibnu Qayyim al-Jauziyah (691-751 H / 1292/3-1349/50 M) adalah murid Ibnu Taimiyah (661-728 H) yang setia, dan mengikuti Ibnu Taimiyah dalam hampir semua pendapat beliau, termasuk pendapat yang kontroversial. Ini berbeda dengan murid beliau yang lain seperti Ibnu Katsir dan adz-Dzahabi.

Ibnu Qayyim ulama bermazhab Hambali. Ia hidup pada abad 7 hijriyah atau abad 13 masehi. Nama lengkapnya, Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad ibn Abi Bakr ibn Ayyub ibn Sa’ad ibn Hariz al-Zur’i al-Dimasyqi al-Ḥanbali.

Baca juga: Kiai Muntaha Bangkalan dan Kiai NU Perokok Berat

Ibnu Qayyim punya banyak karya. Yang menarik, walaupun disebut tokoh ulama kedua yang dijadikan panutan salafi, karya-karya Ibnu Qayyim terbagi menjadi tiga.

Pertama, karya yang dipakai oleh baik salafi Wahhabi maupun non salafi Wahhabi. Yang termasuk jenis ini adalah Zadul Ma’ad dan I’lamul Muwaqqi’in, walaupun dalam beberapa bagian Zadul Ma’ad dikritik ulama sebagaimana ditulis Syaikh Muhammad Arobi at Tabbani dalam at Ta’qibul Mufid.

Kedua, karya yang dipakai salafi Wahhabi dan dijadikan doktrin utama, tapi dibantah banyak ulama ahlus Sunnah selain Wahhabi. Yang termasuk bagian ini adalah kitab Ijtima’ul Juyusyil Islamiyyah.

Baca juga: Mengenang Kiai Wadud, Cicit Pendiri Pesantren Annuqayah

Ketiga, kitab yang diterima non salafi, tapi agak ditolak di kalangan salafi karena ditolak tokoh-tokoh besar mereka seperti Syaikh Utsaimin dan Syaikh Al-Albani. Kitab-kitab seperti Ar Ruh dan Madarijus Salikin termasuk di bagian ini.

Kitab Ar Ruh memperbolehkan ihadauts tsawab (mengirim pahala kepada orang mati) dan menegaskan ijma’ ulama salaf bahwa orang di kuburan bisa mendengar mereka yang berziarah. Ini menarik karena Ibnu Qayyim termasuk yang menentang ziarah dengan niat tabarruk. Kitab kedua, Madarijus Salikin, mengutip banyak pendapat kaum sufi. Ini bertentangan dengan salafi kontemporer yang anti tasawuf.

Alaa kulli haal, Ibnu Qayyim seorang ulama besar, walaupun dalam masalah Asma’ was Shifat saya tak sependapat dengan pendapat beliau yang bertentangan dengan pendapat mayoritas ulama ahlus Sunnah sepanjang sejarah. Wallhu a’lam. (*)

KH Ahmad Halimy, Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Tholibin, Kolor, Sumenep.

Terkait

HALAQAH Lainnya

SantriNews Network