Cak Nanto Ingatkan Kader Muhammadiyah Tak Lagi Perdebatkan Qunut

Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto (tengah), usai pelantikan Pemuda Muhammadiyah Sumenep, di hotel C1 Sumenep, Ahad, 23 Nopember 2019 (santrinews.com/bahri)
Sumenep – Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Sunanto mengingatkan kader Muhammadiyah agar tidak lagi memperdebatkan soal qunut, tahlil, dan amaliah lainnya yang sudah mengakar di masyarakat.
“Sekarang perbedaan Pemuda Muhammadiyah bagaimana membantu orang,” kata Sunanto saat menghadiri pelantikan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Sumenep periode 2018-2022, di hotel C1 Sumenep, Ahad, 23 Nopember 2019.
Baca juga: Jalin Kerjasama Sepak Bola, Muhammadiyah: Media Perdamaian
Pelantikan itu dirangkai dengan sarasehan bertema ‘Revitalisasi Gerakan Dakwah Pemuda Muhammadiyah Menuju Sumenep Berkemajuan’.
Cak Nanto —panggilan Sunanto, berharap kepada Banom NU seperti Ansor, IPNU dan PMII yang diundang di acara itu, agar mendorong Pemuda Muhammadiyah Sumenep untuk ikut bergerak bersama.
Menurut Cak Nanto, Muhammadiyah tidak berbeda dengan ormas Islam lain yang ada di Indonesia. Yakni sama-sama memperjuangkan kedaulatan bangsa, Negara, dan Islam. “Kita ini bukan musuh, tapi saudara,” ujarnya.
Baca juga: NU dan Muhammadiyah Bahas Kerjasama Pengelolaan Kurban
Ia menyebut Nahdlatul Ulama (NU) sebagai saudara sekandung Muhammadiyah. Menurutnya, perbedaan kecil antara NU dan Muhammadiyah tidak perlu diperdebatkan lagi.
“Dakwah kita seperti yang kultural juga perlu dukungan NU, tak usah diributkan, apa sih yang diperebutkan,” tegasnya.
Sekarang Indonesia memiliki tantangan serius yang harus dihadapi bersama antara Muhammadiyah dan NU. Yakni radikalisme dan terorisme.
Ia lalu bercerita hasil percakapannya dengan seorang mantan teroris. Kini di Madura banyak penganten Bomber yang masih tidur di balik persembunyiannya.
Baca juga: NU dan Muhammadiyah Dalam Anime
Karena itu, Cak Nanto menegaskan kerjasama merupakan jalan utama untuk mengembalikan semangat kebangsaan seperti yang digagas oleh KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asyari.
“Konsesus yang harus dibangun adalah bagaimana kita bergerak bersama,” tegasnya. (ari/hay)