Awal Mula NU Kadur: Bermimpi Kiai As‘ad dan Perintah Kiai Hasan Genggong

Rais Syuriyah MWCNU Kadur, Pamekasan, KH Ihyauddin Yasin (pegang mik) saat memberikan pembekalan dalam Musker II NU Kadur (santrinews.com/nu online)

Pamekasan – Rais Syuriyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kadur, Pamekasan, Madura, KH Ihyauddin Yasin menceritakan awal mula aktif berkhidmat di NU. Di awal-awal pembentukan NU Kadur, ia diajak KH Lutfi Thaha, Pengasuh Pesantren Sumber Gayam Kadur.

“Malam harinya saya didatangi Kiai As’ad dan Kiai Hasan Genggong dalam mimpi,” kata KH Ihyauddin saat memberi pembekalan Musyawarah Kerja (Musker) II MWCNU Kadur di Lembaga Pendidikan Islam Al Anshoriyah, Pamoroh, Kadur, Ahad, 9 Maret 2020.

Dalam mimpinya, Kiai Ihyauddin melihat Kiai Hasan Genggong melangkahkan kaki. Sesaat kemudian KHR As’ad Syamsul Arifin meminta Kiai Ihyauddin untuk menyalami Kiai Hasan Genggong.

“Saat saya cium tangannya, Kiai Hasan Genggong berbisik agar saya aktif mengurus NU. Saya tidak kenal beliau. Tapi setelah saya telusuri, ternyata Kiai Hasan Genggong ini waliyullah yang sering bermimpi didatangi Rasulullah,” ujar Kiai Ihyauddin.

Sejak itu, ia mantap berkhidmah di organisasi yang didirikan para kiai dan auliya ini. Mimpi itu menguatkan keyakinan Kiai Ihyauddin betapa NU betul-betul diperhatikan oleh waliyullah. Karena itu, tidak mengherankan hingga kini NU tetap eksis dan istikamah dalam menjalankan program kerjanya.

Membentengi sekaligus mengembangkan agama dan negara tanpa merusak salah satunya, tambah Kiai Ihyauddin, adalah salah satu ciri khas NU. Melayani negara tanpa mengorbankan agama menjadi spirit utamanya.

“Ini yang kurang dimiliki organisasi lain. Ada organisasi yang menggebu-gebu ingin memperbaiki negara, tapi mengorbankan negara. Begitu sebaliknya. NU tidak begitu, sehingga banyak yang berkepentingan dengan khilafah kerap memfitnah NU. Begitu pula kelompok lain yang sealiran dengan spirit khilafah, selalu hasut terhadap NU,” tegasnya.

Menurut Kiai Ihyauddin, nyaris tidak ada organisasi yang seberani NU mengadakan kegiatan meskipun tidak ada uang. Uang bukanlah segalanya dalam menjalankan roda organisasi.

“Di samping itu, penguatan NU sebagai jam’iyah wasathiyah membuat orang-orang yang hasut ke NU selalu ada. Nahdliyin tidak perlu membalas dengan kata-kata maupun sikap hasut, tapi lawan dengan kegiatan-kegiatan positif pemberdayaan umat,” paparnya.

Kiai Ihyauddin mengutip data yang disampaikan Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf terkait besarnya gelontoran dana yang diserap kelompok yang berseberangan dengan NU.

“Sebagai pengurus MWCNU dan Pengurus Ranting yang menjadi ujung tombak program kerja, tetaplah ikhlas dan semangat berjuang di NU. Keistikamahan NU hingga sekarang menjadi bukti keberkahan menjaga NKRI dan merawat agama,” tukasnya. (nuo/red)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network