NU dan Kesalehan Sosial

KH M Hasyim Latif, dalam bukunya yang berjudul Nahdlatul Ulama Penegak Panji Ahlussunnah Wal Jama’ah (PW LTNU Jatim: 2019) menjelaskan bahwa, Ketua Tanfidziyah PBNU (1937-1942) KH Mahfudz Shiddiq mengajukan gagasan Mabadi’ Khaira Ummah (prinsip-prinsip dasar pembentukan umat terbaik).
Gagasan tersebut dilatar belakangi oleh lemahnya penataan ekonomi bagi warga Nahdliyin pada waktu itu. Sehingga, warga Nahdliyin sulit bahkan tidak mampu berdiri tegak dan tidak bisa menerapkan ekonomi kerakyatan yang berbasis Khaira Ummah. Belakangan gagasan Mabadi’ Khaira Ummah ini dikenal dengan sebutan economimische-mobilisatie.
Secara terminologi, Mabadi’ Khaira Ummah memiliki makna berupa prinsip-prinsip nilai sebagai bagian dari upaya terbentuknya tatanan kehidupan masyarakat yang lebih baik, mandiri, serta mampu menuntaskan tugas-tugas amar ma’ruf nahi munkar.
Awal mula gagasan Mabadi’ Khaira Ummah ini disampaikan, dengan memiliki tiga prinsip nilai; yaitu, kejujuran (al-shidq), pemenuhan janji/profesionalisme (al-wafa’ bil ‘ahd) dan kerjasama (al-ta’awun). tiga prinsip nilai dasar ini kemudian dikenal dengan “Mabadi’ Khaira Ummah al-stalatsah” (Trisila Mabadi), kemudian menjadi program kerja Nahdlatul Ulama yang disepakati pad Munas NU XIII tahun 1935.
Seiring dengan berselangnya waktu dan perkembangan kebutuhan, Pada Munas Alim Ulama di Bandar Lampung pada Tahun 1992, bersepakat bahwa Trisila Mabadi untuk disempurnakan sebagai pembentukan karakter (Character Building) warga Nahdliyin, dengan menambahi dua prinsip nilai, yaitu al-istiqamah (kontinuitas/rutinitas/berkesinambungan) dan al-‘adalah (keadilan), yang masyhur dengan sebutan Mabadi’ Khaira Ummah al-khamsah.
Gagasan sekaligus gerakan Mabadi Khaira Ummah ini adalah upaya pembentukan identitas dan karakter warga NU melalui penanaman nilai-nila luhur yang didasari atas paham Ahlussunnah Wal Jamaah.
Character building ini lebih jauh akan bermuara kepada peningkatan Sumber Daya Manusia yang memenuhi aspek As-Shidqu: kejujuran/kebenaran, kesungguhan keterbukaan. Al Wafa bil’ahdi: dapat dipercaya, setia dan tepat janji. Al-‘Adalah: bersikap adil dan obyektif. At-Ta’awun: tolong menolong, setia kawan dan gotong royong dalam kebaikan dan takwa; dan Al-Istiqamah: berkelanjutan.
Mabadi’ Khaira Ummah al-khamsah tersebut, merupakan pedoman yang harus direalisasikan guna terwujudnya cita-cita Khaira Ummah bagi warga Nahdliyin ditengah-tengah masyarakat. NU sebagai organisasi Agama Islam terbesar, sudah barang tentu kehadirannya betul-betul dirasakan secara nyata dalam menjawab semua tantangan dan persoalan.
Prinsip yang dapat dijadikan dasar bagi proses awal pembentukan identitas dan menjadi landasan untuk pembinaan lebih lanjut menuju terciptanya umat yang terbaik (khaira ummah), suatu umat atau masyarakat yang mampu melaksanakan tugas amar ma’ruf nahi munkar.
Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Quran, yang artinya: “Jadilah kamu sekalian sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia, yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran serta beriman kepada Allah”, (QS. Ali Imran: 110).
Secara umum, Mabadi Khaira Ummah bisa dimaknai sebagai pondasi ruang aktualisasi untuk mewujudkan nilai-nilai keagamaan sebagai pijakan serta mengarahkan masyarakat pada perbaikan kualitas kehidupan sosial. Sehingga mampu mendorong kemajuan suatu peradaban dalam upaya menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Pada umumnya NU adalah keterikatan struktural dan kulrural terhadap nilai-nilai Ahlu Sunnah Wal Jama’ah dengan konstruksi Aqidah, Fikroh, Amaliyah, Harokah, Syiyasyah dan identitas keagamaan serta kemasyarkatan yang tersusun pada karakter dan prinsip tawassuth, tawazun, i’tidal, dan tasamuh.
Maka konstruksi ideologi serta prinsip-prinsip dasar itu membutuhkan pengejawentahan sebagai ruang aktualisasi, dan Mabadi Khaira Ummah adalah jawaban atas peran dan kiprah NU bagi masyarakat yang menjadi rujukan serta tolak ukur nilai-nilai nasionalisme, toleransi dan tidak kaku dalam setiap perubahan sosial. (*)
Sumenep, 15 Agustus 2020
Abd Rahem, Ketua Lakpesdam MWC NU Manding, Sumenep, Alumni Pondok Pesantren Tarate Sumenep, Kontributor MNC Media Grup.