Madura, Jawa, dan Pusat Peradaban

Ilustrasi santri dan pesantren di Madura jaman dulu

MADURA pernah menjadi pusat peradaban ilmu keislaman. Saat itu para pelajar Islam dari Jawa berduyun-duyun mencari ilmu di Madura (يدخلون فى ارض مدورا افواجا).

Mereka yang dikenal sebagai ulama-ulama besar di tanah Jawa rata-rata lulusan pesantren Madura.

Di antara orang-orang Jawa Tengah dan Yogyakarta yang tercatat sebagai santri Syaikhona Kiai Muhammad Cholil Bangkalan Madura adalah KH Munawwir Krapyak Yogyakarta, KH Ma’shum Lasem Rembang, KH Cholil Harun Kasingan Rembang.

Cukup masyhur, KH Hasyim Asy’ari yang kakeknya dari Salatiga Jawa Tengah, KH Bisri Syansuri dari Pati Jawa Tengah dan menetap di Jombang, KH Siddiq dari Lasem Rembang dan menetap di Jember, KH Abdul Karim dari Magelang yang kemudian mendirikan Pesantren Lirboyo Kediri— juga pernah mondok di Bangkalan Madura.

Bahkan, Kiai Abdul Karim (Mbah Manab) bisa menjadi pemecah rekor. Beliau mungkin orang Jawa Tengah yang paling lama mondok di Bangkalan: 23 tahun. Subhanallah.

Saya kira banyak juga yang tidak tahu kalau KH Abdullah Zain Salam (1920- 2001) yang dikenal sebagai sufi besar dari Kajen Jawa Tengah pernah mondok di Sampang Madura.

Tidak diketahui persis, kenapa Mbah Dullah Salam harus ke Sampang Madura hanya untuk belajar Quran kepada KH Muhammad Said. Padahal, di Jawa Tengah saat itu sudah banyak ulama-ulama Qur’an.

Ya Allah. Kalau di Madura tidak ada peradaban ilmu, rasanya tidak mungkin orang-orang mulia dari daratan Jawa itu betah bertahun-tahun tinggal di sana.

Kamis, 21 November 2024
Salam,

Abdul Moqsith Ghazali

Terkait

Halaqah Lainnya

SantriNews Network