Imam Syafii Pernah Didebat dan Dimarahi Santrinya

Jika ada yang masih terus bertengkar karena perbedaan madzhab, perbedaan harakah, perbedaan ormas, perbedaan guru dan perbedaan ustadz favorit, maka kisah indah penuh hikmah nasihat Imam Syafi’i kepada muridnya ini bisa disimak.

Diriwayatkan bahwa Yunus bin Abdi Al-‘Ala pernah berselisih pendapat dengan sang guru, yaitu Al-Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i —Imam Syafi’i— saat beliau mengajar di Masjid.

Bahkan, Yunus bangkit dan meninggalkan majelis itu dalam keadaan marah.

Kala malam menjelang, Yunus mendengar pintu rumahnya diketuk. Ia berkata: “Siapa di pintu?”

Orang yang mengetuk menjawab: “Muhammad bin Idris.”

Seketika Yunus berusaha untuk mengingat semua orang yang ia kenal dengan nama itu, hingga ia yakin tidak ada siapapun yang bernama Muhammad bin Idris yang ia kenal, kecuali Imam Syafi’i.

Saat ia membuka pintu, ia sangat terkejut dengan kedatangan sang guru besar, yaitu Imam Syafi’i.

Imam Syafi’i berkata: “Wahai Yunus, selama ini kita disatukan dalam ratusan masalah, apakah karena satu masalah saja kita harus berpisah? Janganlah engkau berusaha untuk menjadi pemenang dalam setiap perbedaan pendapat. Terkadang, meraih hati orang lain itu lebih utama daripada meraih kemenangan atasnya. Jangan pula engkau hancurkan jembatan yang telah kau bangun dan kau lewati di atasnya berulang kali, karena boleh jadi, kelak satu hari nanti engkau akan membutuhkannya kembali.”

Yunus diam. Imam Syafi’i lalu melanjutkan nasihatnya:

“Berusahalah dalam hidup ini agar engkau selalu membenci perilaku orang yang salah, tetapi jangan pernah engkau membeci orang yang melakukan kesalahan itu. Engkau harus marah saat melihat kemaksiatan, tapi berlapang dadalah dan bimbinglah para pelaku kemaksiatan. Engkau boleh mengkritik pendapat yang berbeda, namun tetap menghormati terhadap orang yang berbeda pendapat. Maka apabila ada orang yang datang meminta maaf kepadamu, maka segera maafkan. Apabila ada orang yang tertimpa kesedihan, maka dengarkanlah keluhannya. Apabila datang orang yang membutuhkan, maka penuhilah kebutuhannya sesuai dengan apa yang Allah berikan kepadamu. Apabila datang orang yang menasehatimu, maka berterimakasihlah atas nasehat yang ia sampaikan kepadamu.”

“Bahkan,” lanjut Imam Syafi’i, “seandainya satu hari nanti engkau hanya menuai duri, tetaplah engkau untuk senantiasa menanam bunga. Karena sesungguhnya balasan yang dijanjikan oleh Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang lagi Maha Dermawan jauh lebih baik dari balasan apa pun juga yang mampu diberikan oleh manusia.”

Yunus pun menangis dan merangkul Sang Imam sembari memohon maaf dan berterima kasih atas nasihatnya.

Mari kita bersatu dalam akidah. Bertoleransi dalam khilafiyah (perbedaan). (*)

KH Taufiqurrahman FM, Mustasyar PCNU Sumenep.

Terkait

Halaqah Lainnya

SantriNews Network