Lakmud Zona Utara: Kader Militan IPNU-IPPNU Masa Depan

Pembukaan Lakmud IPNU-IPPNU Zona Utara di Lembaga Pendidikan Islam Nurul Shabah Rubaru, Kamis 10 Oktober 2019 (santrinews.com/mahrus)
Sumenep – Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PC IPNU) Sumenep Musyfiqurrahman menjelaskan, pada periode kepemimpinannya pengkaderan di setiap tingkatan dari anak cabang, komisariat hingga ranting mengalami peningkatan.
“Kalau saya istilahkan hari ini cabang sedang panen kaderisasi yang patut disyukuri,” kata Musyfiq saat sambutan pada pembukaan Latihan Kader Muda (Lakmud) IPNU-IPPNU Zona Utara di Lembaga Pendidikan Islam Nurul Shabah Rubaru, Kamis 10 Oktober 2019.
Baca juga: Kukuhkan 112 Kader Baru, IPNU Sumenep Titip Pesan Gus Mus
Musyfiq menegaskan, sebelum resmi dinobatkan sebagai kader IPNU-IPPNU harus mengikuti proses kaderisasi dengan baik. Lakmud, kata dia, merupakan jenjang kaderisasi lanjutan untuk menjadi seorang penggerak atau muharrik.
“Makanya jangan silau dengan mutiara jika tidak mau menyelami lautan, artinya hargai prosesnya,” tegasnya.
Diikuti 20 peserta, Lakmud dengan tema Kader Militan Masa Depan Organisasi ini akan berlangsung selama empat hari hingga Ahad, 13 Oktober 2019.
Hadir pula dalam pembukaan Lakmud Wakil Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Rubaru, Sumene, Moh Jazuli Muthar.
Dalam sambutannya, Jazuli mengingatkan, belakangan banyak orang sering terjebak pada pemahaman teks saja dengan mengabaikan konteks sosial. Sehingga pemahaman keagamaan mereka menjadi ekstrim dan merasa yang paling benar.
Gerakan ekstrim, menurut Jazuli, belakangan makin marak. Metode dakwah yang mereka gunakan adalah dengan cara kekerasan. Menyesatkan dan bahkan mengkafirkan orang lain yang berbeda pandangan.
“Oleh sebab itu, sebagai kader muda NU harus paham terhadap gerakan ekstrim yang menggunakan metode dakwah (kekerasan tersebut) dengan mengatasnamakan agama,” pesannya.
Baca juga: IPNU-IPPNU, Tunas NU yang Perlu Terus Disiram
Menurut Jazuli, pada dasarnya metode dalam berdakwah harus dilalui dengan cara persuasif. Ia menyebut contoh Walisongo dalam berdakwah. Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara melalui pendekatan kearifan lokal.
“Atas dasar itulah perkembangan Islam bagitu pesat di Indonesia,” pungkas alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk ini. (rus/ikm)