Sisi Lain Gus Mujalli Anwar: Istiqomah Baca Kitab

Namanya Mujalli Anwar. Gus Mu, begitu orang memanggil pria kelahiran Bangkalan ini. Ia bermukim di Tlageh Galis.
Gus Mu adalah alumni Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Jawa Tengah. Pernah ke Amtsilati untuk belajar Amtsilati. Soal baca kitab adalah hobinya, menjual kitab adalah pekerjaannya, bungkusssss adalah paswordnya.
Namun ada yang unik dan menarik dari sisi lain hidupnya. Ia selalu menyediakan waktu muthalaah kitab. Buka pengajian kitab baik ofline maupun online.
Baca juga: Keluarga Ulama Rujukan dan Jujugan Ulama Nusantara di Makkah
Pada bulan puasa ia membuka pengajian kitab. Biasanya kitab yang akan dikaji dan dipandu atau diampu oleh Gus Mu dibagikan secara gratis. Pada Ramadlan ini ia akan mengaji kitab Al-Jami’us Shoghir, kitab yang membahas 10 ribu hadits. Kuota 50 peserta untuk 50 kitab.
Yang berhak mendapatkan kitab adalah yang memenuhi kriteria. Harus daftar pertama dan memenuhi syarat yang ditentukan. Lebih dulu mendaftarpun belum tentu mendapatkan kitab, jika syarat ikut tidak terpenuhi, paling banter disarankan ikut menyimak saja.
Tak harus jadi famili, tak harus jadi alumni, tak harus jadi santri dulu, sepanjang sudah daftar dan berkomitmen mengikuti pengajian kitab sampai batas waktu secara istiqamah.
Dalam mendapatkan kitab secara gratis di pengajian kitab yang diampu Gus Mu, tak ada istilah orang dalam. Anda orang dalampun tidak lantas menjadikan anda langsung mendapat kitab, jika hadir tak sampai tuntas kajian kitab anda tak akan dapat.
Jika hanya sekedar daftar awal namun hadirnya belakangan, andapun tidak akan mendapatkan kitab, hanya diperkenankan menyimak dan bertanya.
Baca juga: KH Thaifur Ali Wafa, Kiai Produktif dari Ujung Pulau Madura
Dengan kata lain, meskipun gratis kitabnya tak lantas yang diberikan pada acara ini murahan karena yang murah belum tentu murahan, jika yang mengampu dan yang diampu memiliki kesepakatan memartabatkan pengajian kitab dan menuntaskan bersama.
Pengajian kitab diselenggarakan malam hari setelah shalat tarawih dan tadarus Qur’an. Hal ini menandakan bahwa amaliyah puasa sangat mendapat prioritas.
Bulan puasa baginya adalah bulan ngaji kitab. Berjualan kitab tak boleh lebih unggul dari mengaji. Sedekah ilmu adalah hal yang dilakukan, sedekah ilmu adalah riyadlah yang saya sematkan kepada Gus Mu. Bukan serta merta ada, bukan karena unsur famili saya memberikan laqob ini, melainkan berasal dari unsur pengamatan yang disimpulkan. (*)
Torjunan, Sampang, 29 Maret 2021
Moh Ghufron Cholid, Alumni Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep. Kini pengurus LESBUMI NU Kedungdung Sampang. Menulis puisi, cerpen, pantun, dan esai.