Catatan untuk Achmad Fauzi sebelum Deklarasi Cagub Jatim

Kolase foto Suryadi dan Bupati Sumenep Achmad Fauzi (santrinews.com/istimewa)
Tak dipungkiri, PDIP memang manjadi salah satu partai tersukses yang banyak mendistribusikan kadernya di pelbagai bidang strategis kekuasaan. Apalagi sejak terpilihnya Joko Widodo dua periode sebagai presiden, PDIP begitu sangat dominan hampir seluruh sistem kenegaraan.
Fenomena ini juga sampai ke tingkat eskalasi politik lokal atau daerah. Di mana kader PDIP selalu mampu memberi warna dalam setiap momentum yang ada. Salah satunya adalah Achmad Fauzi Bupati sekaligus ketua DPC PDIP Sumenep yang sudah lama namanya (di)masuk(an) dalam salah satu survei —saya tidak mau mengatakan hasil survei di warung kopi— untuk calon gubernur (cagub) Jawa Timur.
Meski namanya masih selalu dibayang-banyangi oleh nama besar ‘pamannya’, Said Abdullah, yang terus jadi king makernya PDIP Jatim, namun saya kira Fauzi sudah mampu keluar dari bayang-bayang itu, meski masih belum sepenuhnya 100%. Hal itu terlihat dari sekian langkah strategis dan gagasan Fauzi baik di tingkat lokal dan regional.
3 Catatan untuk Achmad Fauzi
Ada beberapa catatan yang perlu dikejar oleh Achmad Fauzi, sebelum akhirnya memang benar-benar mendeklarasikan diri maju sebagai cagub Jatim. Catatan tersebut jadi indikator layak tidaknya Fauzi maju sebagai calon gubernur Jatim.
Pertama, gagasannya tentang mempercepat reaktivasi kereta api di Madura. Gagasan ini menarik dan viral sebagai sebuah kontroversi. Namun Fauzi harus benar-benar mampu membuktikan bahwa gagasan dirinya tentang reaktivasi kereta api di Madura bukan soal mencari popularitas, tapi memang sebagai alasan kunci dan pembuktian diri bahwa dengan gagasannya dia mampu melakukan pembangunan untuk kemajuan di wilayah yang lebih luas dari kabupaten yang dia pimpin sendiri.
Kedua, Fauzi harus mampu menurunkan angka kemiskinan di Kabupaten Sumenep. Setidaknya masuk dalam daerah yang tingkat kesejahteraannya 10 besar di Jawa Timur. Ini adalah pekerjaan rumah yang sangat rumit, tapi nampaknya sudah dimulai dengan gagasan yang terkadang masih belum sepenuhnya dipahami oleh bawahannya.
Ketiga, pembangunan sektor kepulauan yang masih jauh dari kata memuaskan. Meski tidak berdampak secara politik skala regional, tapi ini adalah tantangan terbesar yang harus dituntaskan oleh Fauzi. Pembangunan kepulauan yang selalu dianaktirikan, bagaimana di bawah kekuasaan dan kepemimpinannya tuntas minimal dengan kata puas meski tidak memuaskan.
Menurut hemat saya, tiga indikator di atas harus diprioritaskan sebagai langkah untuk memuluskan langkahnya mencalonkan diri sebagai gubernur Jatim. Sementara, isu lainnya seperti reformasi birokrasi, good government, leader attitude, bisa terus disempurnakan melalui komunikasi dan konsolidasi internal melalui pola-pola yang koheren dengan situasi yang ada. (*)
Suryadi Syah, Pengamat Warung Kopi Sumenep.