Jangan Pamer Harta, Ingat Peringatan Allah ini

Ilustrasi Pamer Harta (santrinews.com/pexels)
Di dalam al-Qur’an surah al-Takasur Allah telah memperingatkan agar manusia menghindari sifat berbangga dengan harta kekayaan. Pada bulan Ramadhan, surah ini cukup familiar di kalangan masyarakat sebab banyak imam tarawih yang rutin membacakan surah ini.
Ayat pertama surah tersebut menggambarkan sifat orang-orang yang senang membanggakan kekayaan, baik berupa harta maupun keturunan.
Pada ayat kedua dijelaskan bahwa mereka tidak segan dalam berbangga diri menyebutkan kehebatan leluhur mereka yang telah berada di dalam kubur. Mereka berbangga dengan leluhur mereka selayaknya berbangga dengan harta dan kehebatan keturunan mereka. Di dalam keterangan yang lain ada juga yang berpendapat bahwa mereka bersifat senang membanggakan diri mereka hingga mereka masuk ke lubang kuburnya.
Lebih lanjut pada ayat ketiga hingga ayat ketujuh, Allah memberikan peringatan yang diulang-ulang guna menegaskan betapa penting peringatan tersebut.
كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُونَ ثُمَّ كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُونَ
كَلاَّ لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ثُمَّ لَتَرَوُنَّها عَيْنَ الْيَقِينِ،
“Sekali-kali tidak! Kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu). Kemudian sekali-kali tidak! Kelak kalian akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Sekiranya kalian mengetahui dengan pasti, niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka Jahim. Kemudian kalian benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri.”
Menurut Quraish Shihab, ayat-ayat di atas juga menguraikan tentang tingkatan pengetahuan manusia akan alam setelah kematian. Saat masih di dunia pengetahuan manusia akan alam kematian berada pada tingkatan pertama yaitu “ilm al-yaqin”, yakni pengetahuan yang berlandaskan pada keyakinan dari informasi wahyu yang sampai kepadanya melalui nabi dan rasul.
Kedua “ain al-yaqin” yakni pengetahuan yang diperoleh karena telah melihat dengan indra mata, terdapat beberapa manusia yang pengetahuannya tentang alam setelah kematian sampai pada tingkatan ini. Tingkatan ketiga yaitu “haq al-yaqin” yakni pengetahuan yang nyata sebab telah mengalaminya.
Pada ayat terakhir Allah lebih tegas menguraikan peringatanNya, bahwa segala hal yang dilimpahkan Allah kepada hamba-Nya saat di dunia akan ditanyakan pada hari kemudian.
Bagi yang memiliki banyak kekayaan mungkin pertanyaannya akan cukup panjang sebab akan semakin banyaknya poin-poin yang akan dipertanyakan. Bagi yang tidak kaya bukan berarti lepas dari pertanyaan, sebab yang dimaksud nikmat pada ayat tersebut bukanlah hanya sebatas kekayaan materi, namun mencakup juga diantaranya nikmat sehat dan senggang, sebagaimana dijelaskan al-Qusyairi di dalam kitab Lataif al-Isyarah juz 3 halaman 762-763.
Sesungguhnya harta, anak, jabatan atau kekuasaan merupakan ujian nyata bagi setiap anak manusia. Allah menguji setiap hambaNya dengan hal-hal yang biasa disenangi oleh setiap diri kita, meskipun itu adalah kebaikan. Allah menguji setiap hambaNya sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing. (*)