4 Aliran Sesat di Madura, Terbaru Anjurkan Wanita Haid Tunaikan Shalat
Ilustrasi wanita sujud (santrinews.com/pexels)
Aliran sesat merupakan salah satu yang meresahkan bagi kehidupan sosial masyarakat. Bahkan juga kerap mengundang kegaduhan yang berpotensi pada kekerasan fisik dan penyimpangan ajaran.
Kasus aliran sesat di Indonesia banyak terjadi di berbagai daerah, termasuk di Madura yang dikenal dengan Pulau Santri. Pasalnya pulau sebelah utara Jawa ini ada banyak pesantren dan ulama besar yang sangat berpengaruh. Misal Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, maha guru ulama-ulama Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
Kendati demikian, masyarakat Madura masih terpapar juga oleh aliran sesat dengan berbagai macam modus. Aliran sesat yang terjadi di Madura mayoritas tidak jauh dari amalan agama islam yang menyimpang.
Aliran sesat di Madura sejak 2010 hingga 2023 tercatat sudah ada 4 kasus. Bahkan pengikutnya sampai mengalami pengusiran oleh warga sekitar karena dinilai sangat meresahkan.
Berikut 4 Aliran Sesat di Madura
Perbedaan pendapat dalam beragama merupakan hal lumrah dan biasa. Perdebatan silang pendapat sudah sering terlihat di berbagai forum, bahkan santri di pesantren-pesantren sudah terbiasa berdiskusi hingga berdebat akibat silang pendapat mengenai suatu hal.
Segala perbedaan itu tetap masih dalam konteks yang benar, memakai dalil yang tidak menyimpang dan tetap berpedoman kepada Quran, Hadits, Ijmak Ulama dan Qiyas. Tapi beda lagi jika sudah mengubah isi ajaran agama itu sendiri yang alhasil menjadi aliran sesat seperti kasus di bawah ini.
1. Aliran sesat Ajaran Tajul Muluk di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura Jawa Timur. Pengikut ajaran ini mengangap shalat tarawih pada ramadhan dianggap bukan ibadah yang diajarkan Nabi Muhammd Saw. Mereka beranggapan shalat tarawih hanya ajaran yang diada-adakan oleh sahabat nabi.
Selain itu mereka juga tidak mempercayai keaslian (auotentikasi) Al-Quran yang sudah sekian abad dibaca oleh umat islam di seluruh Dunia. Mereka mengatakan bahwa Quran adalah hal yang bid’ah dan tidak wajib dijadikan sumber pedoman dalam menjalankan agama islam.
Sebenarnya Ajaran Tajul Muluk sudah menyebar dan diajarkan sejak 2004. Kala itu mendapat protes dan ditegur kepolisian hingga berhenti. Kemudian 2006 ajaran alirat sesat di Madura ini kembali diajarkan dan kembali medapat teguran dari pihak kepolisian, mereka berjanji tidak akan mengulangi.
Namun pada 2009 ajaran itu kembal mencuat kepermukaan. Akhirnya tokoh agama Madura KH Munif Sayuti mendampangi masyarakat setempat meminta kepolisian membubarkan ajaran tersebut. Sejak saat itu kabar Ajaran Tajul Muluk tidak lagi terdengar kabarnya. Semoga benar-benar sudah tiada.
Belakangan, pada 2011 ajaran Tajul Muluk ini terungkap sebagai ajaran syiah. Bahkan mereka juga sudah mendirikan pesantren untuk mendidik pengikutnya.
Alhasil pada tahu itu, masyarakat Sampang melakukan pengusiran kepada seluruh pengikutnya dan membakar pesantren Tajul Muluk.
2. Aliran Sesat Supardi di Pamekasan – aliran ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1999 dan sekitar tahun 2000 sudah tidak terdengar lagi keberadaannya.
Namun pada 2010 aliran kembali mencuat kepermukaan. Bahkan laporan tempo menjelaskan bahwa pengikutnya semakin banyak dan daerah penyebaran bertambah luas. Termasuk mencakup kabupaten lain yang ada di Madura.
Aliran Islam Supardi dianggap sesat karena mengajarkan kepada masyarakat bahwa shalat dan puasa hukumnya tidak wajib, sehingga umat Islam boleh tidak melaksanakannya. Hal itu sangat bertentangan dan ajaran ulama yang mewajibkan shalat dan puasa ramadhan.
Supardi sendiri merupakan warga Desa Tobungan, Kecamatan Galis, terletak sekitar 5 kilometer dari arah Kota Pamekasan.
3. Airan sesat di Sumenep pada 2010 juga sempat menghebohkan warga Sumenep bagian utara. Warga Kecamatan Pasongsongan dan Desa Mantajun Kecamatan Dasuk mendapat selebaran kertas serta kades CD.
Paket itu mendiskripsikan bahwa Nabi Muhammad mati karena diracun oleh salah satu istrinya. Hal itu langsung mendapat respon dari tokoh kiai NU Sumenep kala itu.
Kendati demikian, oknum atau pelaku penyebar paket sesat itu tidak terungkap ke permukaan dan kabarnya hilang ditelan angin.
4. Ternyar masyarakat Madura kembali diresahkan oleh aliran yang diduga sesat tersebar di daaerah pantura Kabupaten Pamekasan. Ajaran ini membolehkan wanita sedang haid tetap melaksanakan shalat dan menganggap kedudukan Allah Swt dengan Rasullah Muhammad Saw derajatnya sama.
Hal ini langsung mendapat respon keras dari masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Umat Islam Pamekasan (GUIP). Mereka meminta Polres Pamekasan segera menangkap inisial F pelaku yang diduga telah menyebarkan ajaran atau aliran sesat yang meresahkan masyarakat.
“Kami mengawal agar aparat melaksanakan dengan se adil-adilnya tentang informasi kesesatan salah satu tokoh di Pantura yang menyimpang jauh dari agama, itu dibuktikan dengan fatwa dari MUI,” kata Kiai Abdul Aziz salah satu massa demonstran usai audiensi dengan Kapolres Pamekasan, Jumat 20 Januari 2023.
Dari segala uraian di atas, aliran sesat di Madura masih kentara seputar soal pemahaman kepercayaan. Beda dengan daerah lain yang sebagian besar aliran sesat untuk mendapat keuntungan ekonomi dari pelakunya.
Apakah informasi ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan para sahabat? Jika dinilai bermanfaat, terus baca Santrinews dan jangan lupa untuk berbagi dengan orang lain dengan cara mengeshare, agar mereka juga mendapat manfaat yang sama dengan dibaca sahabat. (*)